Sendiri itu indah. Walau kadang emang nyakitin.
Gosh, setelah saya tenggelam dalam pikiran-pikiran nggak penting nan lebay, akhirnya saya mulai merasa kehilangan parah, saya rindu menulis, sungguh. Dan kesalahan teramat besar lainnya adalah menghapus blog itu (dan sebuah bukti pahit kalau saya memang lemah dan labil) mungkin nggak akan ada yang ngerasa kehilangan selain saya, dan saya tidak mempedulikan itu, saya menyesal belum membaca ulang semua tulisan saya sekedar untuk dikenang terakhir kali. Mood setan sesaat, sial...
Sebenarnya, apa sih hal sedemikian parah yang membuat saya musti menghapus blog itu? Jawabannya sangat simple: Tidak ada.
Mungkin aneh justru dari ketiadaan alasan tersebut malah membuat semuanya menjadi logis. Saya irasional, dan cukup butuh alasan irasional supaya bikin semua jadi rasional.
Life (selanjutnya saya memanggil diri sendiri Life, menghindari pelacakan blog baru dengan google. Karena inilah, apa yang teman kuliah saya lakukan..geez)
Life itu orang yang plin-plan. Menulis pemakaian subjek saja nggak becus *gw, saya, aku, aq..*
mau gimana dengan hidupnya? Saya merasakan apa yang semua orang rasakan, dan saya bersikap berlebihan dengan itu semua. Lebai.
Merasa kesepian?Siapa sih yang nggak?
Merasa ditolak oleh masyarakat? Gosh..
Merasa terintimidasi ejekan orang lalu tertekan?
Merasa tidak bisa dimengerti siapapun juga?
Merasa kita unik, complicated, dan nggak ada satupun yang akan paham masalah kita, ya kan??
Gosh, siapa sih yang nggak? Saya blogwalking kemana-mana..ada satu-dua blog yang bikin saya nyengir dan baca-baca-baca ulang setiap postingannya. *Crap, nih anak gw banget!*
saya terhenyak. Merasa terpukul dan rasanya ingin menjerit kuat-kuat. Ternyata selama ini yang saya anggap masalah besar hanyalah halusinasi saja, yang timbul dari pemikiran-pemikiran subyektif tentang hidup, persepsi sampah tentang menjahati dan dijahati, lagi lagi dan lagi saya terjerumus di lubang yang sama.
kemudian itu semua berbalik menertawakan saya.
saya gagal. lagi. mengendalikan diri sendiri. Masing-masing orang selalu hiperbolis, wajar. Menganggap dirinya abnormal, unik, dan berbeda. Wajar. Tapi karena...ini yang mau saya tegaskan...karena kita lahir dari zat yang sama, menjalani proses hidup yang sama, maka secara nggak langsung pemikiran kita pun ujung-ujungnya sama, ya kan?
Terserah lah, kalau ada yang bilang, "kok bisa sih manusia hidup dengan pemikiran berbeda-beda?" saya setuju di satu sisi. Tapi sesungguhnya apa yang kita anggap beda itu sebenarnya sama. Contohnya mati. Terserahlah bayangan masing-masing soal kematian. Ada yang berkata mati itu melegakan, ada yang berkata mati itu menyakitkan. Tapi intinya sama saja, mati.
Sama dengan hidup dan kesendirian. Mau dianggap seunik apapun pemikiran kita tentang hidup, toh hidup ya hidup. Apa yang kita rasakan, juga dialami oleh yang lain. Mungkin dengan jalan yang berbeda, lebih berliku, lebih santai, tapi apa sih definisi masalah dan kesepian?
Itu tetaplah hanya menjadi satu kata, bukan 2 atau 3. Jadi, saya sadar bahwa saya tidak perlu lebai lagi sekarang. Tidak perlu muluk-muluk minta diakui kalau saya memang sedang bermasalah, kalau saya aneh dengan segala persepsi saya tentang hidup ini...tidak perlu menunggu LAGI jawaban memuaskan seseorang yang bisa menjelaskan siapa saya dan apa yang sebenarnya saya rasakan.
Terlebih, tidak perlu frustasi dengan apa yang tidak nyata, bukan?
tidak perlu menangis meraung-raung atas masalah-masalah yang dibuat sendiri..lantas merasa hancur karena kesepian dan kesendirian yang hiperbolis. Bagaimana bisa mencoba dimengerti orang lain kalau masalah sendiri saja tidak tahu? Bahkan lebih parah lagi, kita tahu semua masalah itu halusinasi tapi tetap diteruskan dan menunggu pemecahan yang juga sama palsunya?
saya sudah duduk selama belasan tahun di kursi dalam ruang bosan dan berbau busuk.
Saya mengganti kepribadian saya setiap tahunnya demi kepuasan fana.
Saya mencontek apa yang didengar,dibaca,dan dilantunkan orang hanya untuk mengisi rongga-rongga busuk-kosong hidup saya.
tapi lantas apa gunanya?
Toh kita sama-sama tau hanya kita sendirilah yang bisa memecahkan semua masalah palsu ini sendiri. Bukan orang-orang di sekitar kita, yang tanpa alasan jelas, kita anggap mengucilkan kita.
betapa anehnya saya dan kamu, ya? Tapi kalau semua merasakan hal yang serupa, itu bukan hal aneh lagi donk? ayolah...kita hanya orang biasa...
kembali saja ke realita